Apresiasi Puisi "He was easy to get..." by Robert Frost - [My Task]
Dalam
rangka memenuhi tugas UTS General Literature, saya membuat apresiasi puisi
karya Robert Frost yang berjudul 'He was easy to get...". Proses
pengapresiasian ini juga disandingkan dengan penerjemahan puisi tersebut
ke dalam Bahasa Indonesia, yang mungkin masih banyak kata yang kurang tepat.
Jika ada kritik, saran, ataupun penambahan, silahkan tinggalkan komentar
dibawah!
Warning! Perlu diingat, apresiasi ini adalah hasil pemikiran dan pendapat pribadi penulis yang berdasar pada teknik dalam membaca dan memahami puisi dari mata kuliah General Literature. Maka dari itu, jadikan apresiasi ini sebagai pembelajaran dan bukan untuk disalin ya!
Kalau begitu langsung saja, Enjoy reading!
He was easy to get.
Karya: Robert Frost
He was easy to get.
It was possible on the second evening.
I waited till the third (and knew
I was taking a risk).
Then he said, laughing: it’s the bath salts
Not your hair.
But he was easy to get.
For a month I left him straight after making love.
Every third day I stayed away.
I never wrote.
But store up snow in a pot
It gets dirty all the same.
I did more than I could
When it was already over.
It was possible on the second evening.
I waited till the third (and knew
I was taking a risk).
Then he said, laughing: it’s the bath salts
Not your hair.
But he was easy to get.
For a month I left him straight after making love.
Every third day I stayed away.
I never wrote.
But store up snow in a pot
It gets dirty all the same.
I did more than I could
When it was already over.
As though I didn’t mind
I did it laughing and crying.
I turned on the gas
Five minutes before he arrived, I
Borrowed money in his name:
It did no good.
But one night I slept
And one morning I got up
I washed myself from head to toe
Ate and said to myself:
That’s it now.
Truth is:
I slept with him twice more
But by God and my mother
It was nothing.
Like everything else
It passed.
Terjemahan dari puisi “HE WAS EASY TO
GET...”
Dia mudah
didapat.
Itu mungkin pada
malam kedua.
Aku menunggu
sampai yang ketiga (dan tahu
Aku sedang mengambil sebuah risiko).
Lalu dia berkata,
sambil tertawa:
itu garam mandi
Bukan rambutmu.
Tetapi dia mudah
didapat.
Selama sebulan
aku meninggalkannya tepat setelah bercinta.
Setiap hari
ketiga aku menjauh.
Aku tidak pernah
menulis.
Tetapi menimbun salju di sebuah pot
Itu semua sama
saja menjadi kotor.
Aku melakukan
lebih dari yang aku bisa
Ketika itu telah berakhir.
Aku membuang
pelacur-pelacur yang tidur dengannya
Seolah-olah aku
tidak keberatan
Aku melakukannya
sambil tertawa dan menangis.
Aku menyalakan
gas
Lima menit
sebelum dia tiba, aku
Meminjam uang
atas namanya:
Itu tidak baik.
Tapi suatu malam
aku tidur
Dan disuatu pagi aku bangun
Aku membasuh
diri dari kepala sampai kaki
Makan dan
berkata pada diri sendiri:
Sudahilah
sekarang.
Faktanya:
Aku tidur
dengannya dua kali lagi
Tapi oleh Tuhan
dan ibuku
Itu tidak
berarti.
Seperti yang hal
lainnya
Itu berlalu.
Itulah hasil terjemahannya, sekarang kita ke bagian apresiasinya!
Apresiasi terhadap puisi “HE WAS EASY
TO GET...”
Rasa Kekecewaan dalam Puisi “HE WAS EASY TO GET...”
Puisi yang berjudul “HE WAS EASY TO
GET...” memiliki arti secara literal maupun makna tersendiri yang tergambarkan
di dalam puisi tersebut. Arti judul puisi tersebut secara literal “Dia
(laki-laki) mudah didapat...”. Dari terjemahan judul ini, kita dapat melihat
makna tersendiri atau konsep yang timbul dari puisi tersebut menggambarkan
adanya hubungan romantis di antara dua insan. Seseorang, khususnya laki-laki,
dapat kita simpulkan melalui sisi positifnya bahwa laki-laki ini bisa saja
orang yang mudah didapat layaknya berteman, mudah meminta bantuan, dan lain
sebagainya. Akan tetapi, dalam judul ini terdapat titik-titik yang berarti
merujuk pada hal yang berkelanjutan, dengan contoh negatif, bisa dikatakan
bahwa laki-laki ini adalah buaya darat; penggemar perempuan. Sehingga, arti
yang dicitrakan dari judul puisi tersebut bercitra hubungan dua insan yang
berkonteks negatif atau dalam keadaan buruk.
Puisi tersebut berisi tentang
seorang istri yang menceritakan kehidupan rumah tangganya yang terganggu dengan
sikap suaminya yang bermain wanita dan sangat jelas terbukti bahwa ia telah
diselingkuhi oleh banyak wanita yang ‘bermain’ dengan suaminya. Hal ini
dibuktikan di dalam bait pertama, kalimat pertama “He was easy to get”. Lalu, dilanjutkan dengan kalimat ketiga dan
keempat, “I waited till the third (and
knew”, “I was taking a risk)”
ketika sang istri memberanikan diri untuk mencari kebenaran apa yang dilakukan
oleh suaminya. Pada kalimat kelima dan keenam, “Then he said, laughing: it’s the bath salts”, “Not your hair.”, fakta yang didapat oleh sang istri benar adanya
suaminya bermain wanita dengan ketika suaminya berkata “garam mandi”, dan sang
istri menduga“bukan rambutmu” bahwa ada wanita lain sedang bersama
suaminya. Dari arti bait pertama, dapat dirasakan kekecewaan setelah mengetahui
fakta, bukan hanya dirasakan dari sang istri, tetapi juga bagi para pembaca
yang ikut merasakan makna dari isi bait tersebut. Bukti penguat lain yang
tercermin pada kalimat pertama dari bait ketiga yang mendukung rasa kekecewaan
atas apa yang dilakukan suaminya “I threw
out the bitches who were sleeping with him”. Sang istri sudah di dalam
taraf kekecewaan yang sangat tinggi terhadap fakta yang sudah tidak dapat ia
bungkam lagi.
Puisi tersebut mengandung elemen-elemen
intrinsik dalam puisi yang jelas. Puisi tersebut terbentuk sebagai puisi yang
bebas (free-verse). Puisi tersebut juga menggunakan naratif syair yang
mendeskripsikan secara tidak langsung jalannya kehidupan seorang istri yang
berada dalam hubungan asmara yang buruk. Menurut saya karena puisi ini bebas,
tidak terlalu bergantung pada rimanya. Tetapi lebih terfokus pada arti dari
setiap kalimat dalam puisi tersebut.
Imagery yang tergambar pada puisi ini adalah Visual, Tactilce, dan Internal
Sensation. Untuk visualnya dibuktikan dalam kegiatan atau tempat yang
muncul dalam pikiran seperti “Then he
said, laughing: it’s the bath salts” (berada di kamar mandi), “I turned on the gas” (dalam kendaraan
‘mobil’), “but one night I slept, and one
morning I got up” (berada ruang kamar tidur) dan lain sebagainya.
Tactilenya “but store up snow in a pot”
(berada di halaman depan rumah ada pot yang terisi salju), yang bisa saja
diartikan pada musim dingin dan juga terselip metaphora yaitu waktu yang terus berjalan dengan salju yang mengisi
pot itu hingga penuh. Internal Sensationnya ketika membaca puisinya timbul rasa
kecewa, sedih, marah dan juga kesal terhadap suami yang tidak bertanggungjawab
atas istrinya. Hal ini dibuktikan sejak “I
threw out the bitches who were sleeping with him” yang jelas dinyatakan
bahwa suaminya adalah buaya darat.
Puisi tersebut ditutup dengan rasa
kecewa yang besar bagi sang istri maupun para pembaca. Ketika apapun hal yang
terjadi hanya dapat dilewati, seperti tiga kalimat terakhir “I was nothing, like everything else, it
passed”. Rasa kecewa yang sudah tidak dapat dibendung lagi dan merasa untuk
menyelesaikan saja hubungan yang ada dibuktikan dengan “That’s it now”.
Seperti itulah apresiasi yang dapat saya tangkap dan rasakan,ketika membaca dan memahami isi dari puisi tersebut. Bagaimana dengan pendapat kalian? Kindly share your opinion on comment below, and tell me more about it!
Thanks for reading! See you on the next post!
Comments
Post a Comment